Di negeri yang subur dan rakyat yang makmur tetapi bodoh itu, memerintah seorang Raja yang hanya menjalankan kehendak nafsu dan dirinya sendiri. Itulah dianya Raja Namrud bin Kanan bin Kusy. Di tangannyalah letak segala kekuasaan. Dia yang memutuskan tiap tiap perkara. Apa saja yang dikatakannya, itulah undang undang yang harus dijalankan oleh rakyatnya.
Bila ada seorang saja yang membantah kata-kata Raja, dinyahkan orang itu dengan kekuatan mata pedang. Kerananya tak seorang juga rakyat yang dapat menjalankan akal dan fikiran sendiri. Tetapi hanya tunduk kepada apa yang diperintahkan si Raja, sekalipun bagaimana juga. Rakyat semakin jauh terperosok ke lembah kegelapan dan kebodohan.
Raja itu pulalah yang memerintahkan membuat patong dari batu. Dan telah menjadi kegemaran Raja itu untuk memuja muja patong batu yang terbaik. Kemudian si rakyat banyak diperintahkan sang Raja menyembah nyembah patong dari batu itu. Itulah Tuhan, kata Raja, sedang rakyat hanya diberi kesempatan untuk tunduk saja.
Hal itu lama kelamaan menambah bodohnya rakyat, sehingga dengan rakyat yang bodoh itu, keadaan masyarakat bertambah buruk dan kacau juga.
Sesudah keadaan menjadi kacau dan rusak serusak-rusaknya, Raja Namrud yang berkuasa itu pada suatu malam bermimpi dalam tidurnya, bahawa ia melihat seorang anak kecil melompat masuk ke dalam kamarnya, lalu merampas mahkota yang sedang dipakainya di atas kepalanya, lalu menghancurkan mahkota itu. Setelah ia terbangun, ia termenung memikirkan mimpinya yang luar biasa itu.
Hampir seluruh manusia yang rusak kepercayaan, dahulu dan juga sampai sekarang ini amat percaya kepada mimpi mimpi, bahkan menggantungkan nasib mereka kepada mimpimimpi itu. Termasuk Raja-raja yang sedang berkuasa, sebab banyak di antara Raja-raja yang berkuasa besar itu di zaman purbakala adalah terdiri dari orang-orang yang bodoh-bodoh, tetapi berkuasa karena pengaruh keturunan semata mata. Raja Namrud termasuk salah seorang Raja yang bodoh itu. Karena kebodohannya ia tidak dapat mempergunakan akal yang diberikan Tuhan kepadanya, lalu ia mempercayakan nasibnya kepada tukang tukang tenung atau dukun-dukun tukang ramal. Kepada tukang tukang tenung itulah ia bertanya segala perkara, lebih-lebih tentang mimpi mimpi atau keadaan yang akan datang mengenai nasibnya.
Raja Namrud segera memanggil tukang tukang tenungnya menanyakan apa ertinya mimpi yang dilihatnya itu. Tukang tukang tenung itu mengatakan kepadanya, bahawa akan lahir seorang anak, sedang anak itu setelah besar badannya besar pula pengaruhnya. Dan karena besarnya pengaruh anak itu, maka akan hilanglah semua kekuasaan yang ada di tangannya. Akhirnya Namrud akan jatuh dan mahkotanya akan hilang.
Karena tabir mimpi menurut apa yang dikatakan tukang-tukang tenung itu, Raja Namrud memutuskan dan memerintahkan untuk membunuh semua anak yang dilahirkan, agar jangan sampai jatuh kekuasaan atau mahkota yang ada di kepalanya.
Di saat itu ibu Ibrahim sedang mengandung, menghamilkan Ibrahim dalam perutnya. Karena takut bayi yang dikandungnya itu setelah lahir akan dibunuh oleh Raja Namrud, maka ibu Ibrahim lari menyembunyikan diri ke suatu gua di luar kota, di mana ia akhirnya melahirkan anaknya seorang laki-laki yang diberi nama Ibrahim. |
Demikianlah kehebatan Ibrahim. Pantaslah kalau Allah di dalam Kitab SuciNya al-Quran, mengucapkan salam kepada Ibrahim: Salamun ala Ibrahim (salam kepada Ibrahim). Dan sepatutnyalah kalau setiap orang yang beriman, iaitu kita orang Islam, lima kali kita mengerjakan sembahyang dalam sehari semalam, lima kali kita mengucapkan selawat dan salam kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim yang beriman kepadanya, sesudah kita mengucapkan selawat dan salam kepada Muhammad dan semua keluarganya yang beriman kepada Muhammad.
Setelah Ibrahim menjadi remaja, bahaya pembunuhan terhadap anak anak yang baru lahir sudah dilupakan dan tak dijalankan lagi, Ibrahim keluar mencemplungkan dirinya ke dalam masyarakat manusia yang bergelumang dengan kebodohan dan kepercayaan-kepercayaan yang rusak itu. Ia dapati manusia seluruhnya sudah sesat. Mereka melakukan berbagai-bagai kejahatan, menyembah berhala berhala dan patung patung, ada pula yang menyembah bintang, bulan dan matahari. Bapaknya sendiri bekerja membuat patung-patung dari kayu atau batu, lalu menjual patung patung itu kepada orang-orang. Patung-patung itu mereka sembah. Termasuk yang menyembah patung patung itu bapaknya sendiri yang membikin patung-patung itu sendiri.
Ibrahim mengeluh dan mengeluh. Ia mengeluh kepada Tuhan: Oh Tuhan, aku menderita, iaitu penderitaan batin, melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah gerangan akal yang dikurniakan Tuhan, mereka pergunakan? Apakah semata-mata untuk membuat kerusakan dan mencari kekayaan? Ia berdoa: Oh Tuhan, tunjukilah aku, kalau Tuhan tidak menunjuki akan daku, sungguh aku akan menjadi sesat sebagai orang banyak yang sesat dan aniaya itu.
Allah lalu memberikan petunjuk kepada Ibrahim. Dia diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul. Kepadanya dikirimkan wahyu-wahyu, sehingga keyakinannya kepada Allah Pencipta, sekarang ini bukan lagi sebagai kesimpulan pendapat dan pemikiran semata, melainkan sebagai iman atau kepercayaan yang tak goyah atau goncang lagi. Allah mengajarkan kepadanya segala sesuatu dan segala rahsia yang ada di balik alam nyata yang di lihat Ibrahim. Diajarkan Allah kepadanya bahawa disebalik alam nyata ini ada alam ghaib yang lebih luas. Setiap manusia yang mati akan dihidupkan kembali dalam kehidupan di alam Akhirat nanti.
Setelah bertahun tahun lamanya Ibrahim memikirkan alam nyata ini, fikiran Ibrahim sekarang ini tertumpah ke alam Akhirat itu. Timbul pertanyaan dalam hatinya bagaimana caranya Tuhan dapat menghidupkan semua manusia yang sudah mati itu di alam Akhirat nanti. Sekalipun ia sudah yakin akan kehidupan di alam Akhirat itu, tetapi ia ingin tahu bagaimana caranya Tuhan menghidupkan manusia di alam Akhirat.
Ia berfikir dan bermenung lagi, ingin tahu bagaimana caranya Tuhan menciptakan dan menghidupkan segala yang ada dan yang hidup ini. Bagaimana juga diikhtiarkannya untuk mendapatkan penyelesaian dari apa yang direnungkannya ini, ia tak berhasil mendapatkannya, karena yang difikirkannya ini adalah di luar letak kemampuan akal dan fikiran manusia, termasuk akal dan fikiran Ibrahim sendiri. Dia menjadi gelisah dan tak tenang kembali.
Lalu Nabi Ibrahim mendoa memohonkan kepada Allah, agar Allah memperlihatkan kepadanya, bagaimana Allah mengadakan kebangkitan itu, bagaimana caranya Allah menghidupkan apa yang sudah mati itu kembali.
Karena doa yang luar biasa ini, Allah lalu bertanya kepada Ibrahim: Apakah engkau belum beriman, ya Ibrahim ?
Ibrahim menjawab: Sekali kali tidak, ya Tuhanku; bukankah Engkau telah memberi wahyu kepadaku, dan aku telah percaya dan membenarkannya, tetapi dalam hal ini adalah semata mata supaya lebih terang kepadaku dan lebih tenang jiwaku ini.
Permohonan Nabi Ibrahim ini dikabulkan Tuhan. Lalu diperintahkan Tuhan agar Ibrahim mengambil (menangkap) empat ekor burung. Supaya masing-masing burung empat ekor itu dipotong potong, diceraikan setiap anggota tubuhnya, supaya Ibrahim melihat sendiri bagaimana cara burung itu dijadikan hidup lagi oleh Tuhan Allah.
Potongan potongan kecil dari keempat ekor burung itu, dihancur lumatkan menjadi serbuk yang halus, lalu dicampur-adukkan semuanya. Campuran itu lalu disuruh bagi menjadi empat longgok. Masing masing longgok itu disuruh taruhkan di atas puncak keempatempat bukit yang berjauh jauhan pula letaknya itu.
Kepada Nabi Ibrahim lalu diperintahkan Allah memanggil burung burung yang sudah hancur lumat itu. Baru saja Nabi Ibrahim memanggilnya, masing masing longgok burung yang hancur itu lalu terbang menjadi burung biasa kembali. Berbulu, berparuh, tak ada beza sedikit juga dengan burung burung itu sendiri sebelum hancur menjadi satu. Masing-masing burung itu menuju kepada Nabi Ibrahim, agar Nabi Ibrahim dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana caranya Tuhan menghidupkan apa yang sudah mati dan hancur.
Dengan cara dan dengan semudah itu pulalah Allah nanti akan menghidupkan dan membangkitkan semua manusia yang sudah mati di kampung Akhirat, untuk dihisab dan diperhitungkan segala amal dan kejahatan tiap-tiap manusia. Untuk diadili dan dibalas setiap amal itu dengan pembalasan yang setimpal. Amal baik dengan balasan yang baik, dan amal jahat dengan balasan yang jahat pula. Bila Allah telah menghendaki sesuatu, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi adanya sesuatu itu. Sungguh Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan isi komentar anda, terima kasih