Lebih lebih ketika matanya menuju memandang burung burung yang dengan riang gembira berterbangan ke sana ke mari dengan anak anaknya, berkicauan dan bersiul siul, berebut ulat dan buah buahan. Demikian pula perempuan tua mi melihat perempuan perempuan lain sedang menggendong dan membuaikan anak anak bayi mereka, membelai dan menyanyikan anak yang menjadi buahati mereka, dengan kasihsayang dan kegembiraan penuh. Apalagi melihat anak anak orang yang sudah besar besar, datang dan pergi bila dipanggil dan disuruh ibu bapaknya. Sedang perempuan tua ini hidup sebatang kara hanya dengan suami yang sudah tua dan sepi, kerana tidak seorang anak pun yang berada di samping keduanya untuk memecahkan kesepian hidupnya itu.
Siang menjadi angan angan, malam menjadi buah mimpi, sehingga sudi dan rela hatinya mengorbankan apa saja yang ada padanya asal saja dia dapat beroleh seorang anak yang terdiri dari darah dan dagingnya sendiri. Anak, sekali lagi anak dan seterusnya anaklah yang menjadi impian dan idamannya sepanjang masa.
Siang berganti malam, hari berganti bulan, bulan berganti tahun dan sudah berpuluh puluh tahun konon lamanya, cita cita ini tetap menjadi cita cita saja, namun dia belum juga beroleh yang dicitakannya itu. Hatinya mulai kesal, rasa putusasa mulai bertunas dalam kalbunya, kerana umur yang dicapainya ini rasanya tidak memungkinkan lagi untuk beroleh anak, fikirnya.
Tidaklah bererti bahawa cita citanya itu telah padam. Tidak, malah bertambah hebat dan bernyala nyala juga. Akhirnya dia menghadapkan muka dan seluruh jiwaraganya kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang menjadikan langit dan bumi. Berdoalah dia dengan khusyu dan khudhu agar kiranya Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih, yang mendengar segala doa yang sanggup membuat apa kehendakNya, mengurniainya jua dengan seorang anak.
Untuk menguatkan doanya ini, ia bernazar, berjanji kepada Allah tempat dia meminta itu, bahawa bila doanya mi terkabul, maka anak yang akan diperolehinya itu, akan didermakannya bulat bulat tanpa syarat untuk Rumah Suci Baitul Maqdis, sebagai abdi Allah dan pengawal Rumah Suci itu. Tidak akan dipekerjakan, selain untuk mengabdikan diri dan menyembah Allah semata di tempat. suci itu.
Allah mendengar dan mengabulkan doa perempuan tua itu. Perempuan tua itu mulai merasakan sesuatu yang bergerak dalam rahimnya. |
MARIAM (WANITA PALING MULIA DI MUKA BUMI)
Janda Imran mendoakan anak bayinya yang bernama Mariam itu kepada Tuhan, agar Allah menjaga dan melindunginya dan segala noda dan cela, agar amal dan pekerti anak itu nanti sesuai dengan nama yang diberikanNya itu. Dia doakan pula, agar Mariam dan keturunannya diperlindungi Allah dari godaan godaan syaitan yang laknat. |
KEJADIAN ANEH |
Zakaria amat gelisah memikirkan kejadian ajaib itu, tetapi untuk sementara dibiarkannya saja. Tetapi dia berjaga jaga, kalau ada orang masuk dengan cara sembunyi sembunyi. Pada hari esoknya dia masuk pula ke kamar Mariam dan didapatinya pula di tempat itu makanan yang baru lagi, lain dari makanan yang sebelumnya. Penjagaan makin diperkuatnya. Lusanya kembali dia melihat makanan yang baru lagi, sudah tersedia pula dengan baiknya di kamar Mariam.
Kecurigaan Zakaria terhadap manusia lainnya mulai berkurangan, tetapi kehairanannya semakin menghebat, sebab dia sudah tahu benar, tidak seorang manusia pun yang datang dan masuk ke situ, sebagai yang dicurigainya semula.
Kepala Zakaria penuh dengan fikiran dan keajaiban kejadian itu, tentang rahsia yang dihadapinya.
Dia masuk mendapatkan Mariam dan bertanya: Hai Mariam, dan manakah datangnya makanan itu, sedang pintu tetap tertutup dan tidak seorang juga yang dapat masuk ke mari membawa makanan?
Mariam menjawab dengan tenang: Makanan itu adalah dari Allah. Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya dengan tidak berhisab.
Mendengar jawapan Mariam yang tegas dan tenang itu, barulah Zakaria insaf, bahawa Allah sudah menentukan Mariam yang dia jagai itu menjadi seorang hambaNya yang luarbiasa, mempunyai kedudukan dan martabat penting di sisi Allah yang belum pernah dicapai dan diduduki oleh perempuan lain di atas dunia ini.
Kasih dan sayang Zakaria terhadap Mariam berubah menjadi penghormatan dan pengkhidmatan yang semakin lama semakin bertambah dan mendalam jua, sehingga penjagaan dan pemeliharaannya semakin teliti dan hati hati lagi dan yang sudah sudah. Cita cita baru mulai bersemi dengan kukuh sekali di hati Zakaria.
Zakaria yang sudah tua dan tidak bertenaga lagi itu, kini semakin ingin untuk beroleh seorang anak dari darah dagingnya sendiri. Bukan hanya semata mata ingin beranak, tetapi cita cita yang jauh lebih agung dan luhur, ialah agar anak yang dicintakan itu dapat meneruskan perjuangan suci menghadapi suasana baru yang akan ditimbulkan oleh Mariam, kerana dia sendiri sekarang sudah tua dan sudah dekat kepada akhir hayatnya. Nabi Zakaria lalu mendoa kepada Allah tentang cita citanya.
Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria. Isterinya yang sudah tua itupun mulai mengandung. Tidak lama kemudian lahirlah seorang putera, yang diberi nama Yahya (Nabi Yahya).
Adapun Mariam tetap tinggal di tempatnya, semakin besar dan besar juga, dengan hati yang penuh taqwa, dengan ibadat yang tulus ikhlas. Namanya mulai terkenal kepada setiap orang sebagai seorang puteri yang suci murni, yang terjauh dari segala dosa dan noda. Dia menjadi buah bibir, menjadi contoh dan kata kata julukan segenap ummat yang hidup di masanya itu.
disadur dari : cerita-cerita dari Alquran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan isi komentar anda, terima kasih