Kamis, 26 Agustus 2010

Ku cari diriku sendiri....

Ku berjalan menyisiri jalanan sepi di tengah malam
Ku tak tahu arah dan tujuan ku....
Ku ikuti apa kata hatiku, ku merasa diriku hilang..
Ku mencari dan mencari dimanakah gerangan diriku.

Semua bayangan kelabu memenuhi relung hatiku
Ku tak bisa menolak semua apa yang telah terjadi pada diriku....
Ku merasakan diriku terbang bersama angin..
Terbang hilang lenyap ditelan malam...

Diriku dimanakah engkau berada...
Aku mencarimu, disetiap relung hatiku....
dimanakah gerangan diriku engkau akan singgah...
Kuharap engkau kembali ke hatiku ke jiwaku
Wahai diriku...kembalilah padaku....

Aku merasa hilang dan kesepian karena engkau pergi...
Aku sedih, gundah dan merana tanpamu....
Diriku sayang...kembalilah kepadaku....
Aku berharap engkau datang menjelma menjadi diriku sebenarnya.
Diriku...dimanapun engkau, dengarlah seruan hatiku....
Ku damba engkau, ku harap engkau, ku cinta engkau.....

Setiap desahan nafasmu...setiap elusan nadimu adalah jiwaku...
Setiap hembusan nafasmu adalah jiwaku,,,,
Karena engkau adalah diriku sebenarnya....
karena engkau adalah harapanku...
karena engkau adalah pelipur laraku....

Diriku datanglah, datanglah padaku dalam wujud aslimu...
karena aku bukan diriku, aku bukan cerminan diriku...
Diriku engkau adalah jiwa suci yang harus lengket bersamaku....
Jadilah engkau jiwa bersamaku...
Jiwa yang mengisi jiwaku yang hilang dan kesepian...


Selasa, 24 Agustus 2010

Hujan Rinduku


Setiap detik air yang engkau curahkan...
Memberi hidup jutaan orang yang membutuhkan..
Memberikan jutaan harapan
memberikan senyuman yang indah....

Tapi bila engkau marah wahai hujan...
Wajah takut dan sedih akan muncul...
Mengharapakan engkau reda agar hilang rasa takut...
Engkau pasti tahu apa akibat yang akan terjadi bila
engkau terus menumpahkan air di bumi...

Hujan engkau memberi pengharapan dan juga
memberi kehidupan serta memberikan juga malapetaka....

Lambaian Angin

Hembusan semilirmu membuat jiwa ini tenang
Setenang pagi tanpa hiruk pikuk suara alam
Hening terasa di kalbu...Angin adakah yang ingin kau sampaikan...
Aku menunggu jawaban dari seseorang...
Wahai angin sampaikan salamku lewat lambaianmu....

Angin engkau bebas pergi kapanpun engkau mau
Engkau bebas masuk kemanapun engkau suka...
Engkau bebas menerobos semua yang engkau inginkan
Tapi apakah engakau mampu membawa pesan dari seseoran
untukku....

Aku percaya...wahai angin engkau bisa membuat semuanya berubah..
Aku percaya engkau mampu membawa apapun yang engkau inginkan..
Aku percaya engkau dapat membuat diriku terbang bersamamu....
Terbang menuju sesuatu yang aku inginkan....

Aku ingin engkau membantu ku...
Aku ingin engkau ceritakan dukaku padanya..
Aku ingin engkau bawa hati ini padanya
dan Aku ingin engkau satukan jiwa kami,
agar kami bersatu.....

Angin lambaianmu merupakan sebuah tangan..
Lambaianmu merupakan sebuah kekuatan...
Lambaianmu merupakan kisah yang panjang...
Lambaianmu juga merupakan harapanku...

Angin terbangkanlah hatiku...
Terbangkanlah perasaanku padanya...
Terbangkan jiwaku untuknya...
Terbangkan hati ini padanya...
Angin ku tunggu jawabanmu......

Selasa, 17 Agustus 2010

Raja Preman bertobat, Kini dampingi PSK

Keinginan kuat untuk menjadi raja preman membawa Darwanto alias Paegox, 30, mengembara ke Banyuwangi hingga Banten guna menimba ilmu kanuragan atau kesaktian.Tujuannya, agar saat berkelahi atau berurusan dengan aparat, tak mudah ditaklukkan. Namun, setelah malang melintang sebagai `lurahnya` preman Kota Blitar, Paegox justru mengalami pergulatan batin.

Darwanto dikenal dengan sebutan Paegox kini banyak mengadakan kegiatan sosial untuk mengisi bulan Ramadan. Untuk pengembaraannya guna mendapatkan ilmu kanuragan, Paegox mengaku sempat menjual dua ekor sapi milik orangtuanya. Segala persyaratan yang diminta orang pintar yang jadi guru kanuragan-nya seperti berpuasa, tirakat dan lain-lain juga dengan disiplin dia lakukan.

Malahan, sebut Paegox, di antara syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat ilmu kanuragan itu mengandung risiko berat.

Akhirnya, Paegox yang kelahiran Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar itu memang mendapatkan `kesaktian` yang dicita-citakannya.

“Setiap ada tawuran atau beraksi sebagai preman, saya selalu menang kalau ada pertarungan fisiknya,” tutur Paegox.

Namun, ilmu Paegox rupanya belum bisa menghindarkan dirinya dari penangkapan aparat kepolisian. Berulangkali dia ditangkap dan ditahan di kantor polisi terkait aksi premanisme.

Aparat pun jadi hapal kalau ada kerusuhan, mabuk-mabukan dan ulah-ulah premanisme lainnya di Blitar, hampir bisa dipastikan ada Paegox di sana.

Anehnya, meski bolak-balik berurusan dengan polisi dan ditahan, Paegox tidak sampai dijebloskan ke penjara. Kenyataan ini makin meningkatkan pamor Paegox di mata para preman lainnya sehingga dia dijuluki sebagai `lurahnya` preman Blitar.

Namun, di tengah pamornya yang menanjak sebagai sesepuh preman, Paegox justru mulai mengalami konflik batin. Dia merasa ada yang kosong dalam jiwanya, dan juga mulai menyadari ketidakjelasan tujuan hidupnya setelah banyak menghabiskan waktunya untuk mabuk-mabukan, tawuran dan aksi-aksi premanisme.

Pergolakan itu ia rasakan makin kuat setelah Paegox menaksir seorang perempuan, yang kemudian jadi istrinya, yakni Nova Ike. “Apa jadinya, kalau saya ingin menikah tapi kelakuan saya masih seperti ini,” Paegox merenung kala itu.

Tidak ada peristiwa khusus yang membuatnya punya keinginan kuat untuk banting setir guna menjalani gaya hidup yang berbeda. Paegox hanya merasa, tampaknya dirinya sudah mencapai titik puncak dalam kenakalan, dan ternyata tak ada apapun yang bermakna yang ia dapatkan.

Ilmu-ilmu kanuragan yang dimilikinya, ia rasakan malah menjauhkannya dari Tuhan

Akhirnya, pada tahun 2005, Paegox berhasil memperistri Nova dan di tahun yang sama lahirlah anak pertama mereka, yaitu Ariel Elga Pandega Lestama.

“Sejak adanya Ariel, niat saya makin besar untuk hidup lebih baik,” kata Paegox.

Namun, godaan-godaan tidaklah kecil. Rekan-rekannya sesama preman masih terus mengajaknya kembali ke dunia hitam. Bahkan ada yang mencibirnya. Meskipun kadangkala Paegox terpancing emosinya dan secara fisik ingin meladeni cibiran-cibiran terhadapnya, ia berusaha sabar. Ia tahu jika emosional, justru pada dasarnya ia kembali lagi ke dunia lama.

Paegox yang awalnya gemar tirakat untuk kanuragan, pun kembali melakukan tirakat namun untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Ia lantas mendirikan kelompok kecil guna belajar agama dan mengaji Alquran.

“Saya ajak teman-teman yang nakal itu untuk gabung. Tapi, itu tidaklah gampang dan butuh waktu. Namun saya melakukan pendekatan merangkul, bukan memusuhi. Jadi, biarpun mereka masih nakal, saya persilakan untuk gabung,” kata Paegox.

Paegox juga mulai mendekati lokalisasi-lokalisasi prostitusi. Kini anggota kelompok pengajiannya sudah mencapai 50-an orang dengan kegiatan rutin yang sudah terjadwal, apalagi di bulan Ramadan seperti sekarang.

“Selain mengaji dan salat tarawih bersama, di bulan Ramadan yang rutin kami lakukan adalah ceramah agama dengan mengundang sejumlah kyai lokal,” kata Paegox.

Paegox kini juga terlibat di Komisi Penanganan Wanita Tuna Susila dan Pria Tuna Susila Kabupaten Blitar, yang bergerak di bidang penyadaran dan pemberdayaan dengan sasaran para pekerja seks komersial (PSK).

Beberapa PSK telah berhasil diinsyafkan sekaligus diberi pembekalan untuk hidup dengan lebih baik. Sampai sekarang pun, nama Paegox di kalangan preman Blitar masih dikenal. Namun, citranya sudah berbeda dengan dulu.

Sumber : Kompas.com, 18 Agustus 2010

Dari Prostitusi ke Tasbih

Suparni adalah potret kebanyakan dari perempuan yang terjerumus ke prostitusi. Ia miskin papa. Beruntung, sebelum jauh terjerumus, Suparni sudah insaf.
Kini, dalam usia 60 tahun, Suparni adalah tukang cuci baju dan pemijat. Yang lebih menyentuh lagi, dia aktivis sebuah majelis Yasinan di desanya, Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Jombang, Jawa Timur.

Siapa pun tentu tak pernah bercita-cita menjadi pelacur, profesi yang disebut dengan macam-macam sebutan; kupu-kupu malam, wanita tuna susila, perempuan eksperimen, dan pekerja seks komersial. Belum lagi yang sangat kasar dalam aneka bahasa daerah di Indonesia.

Tetapi, inilah potret seorang Suparni, si kupu-kupu malam yang bertobat. Malam itu, setelah selesai memijat pelanggannya, berceritalah Suparni tua tentang Suparni muda.

Ia menikah cepat, bercerai dengan segera pula. Suaminya dari Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang Kota. Ketika bercerai pada tahun 1950-an itu, usianya baru 19 tahun. Jakarta tentu sedang sibuk dengan jargon-jargon besar di bawah bendera revolusi.

Suparni memang masih punya orangtua, Ngatemo-Sampiran, tetapi mereka hanya penjual kacang keliling. Suparni tak bisa diam ketika melihat orangtuanya lebih sering hanya makan sekali dalam sehari. Dia bertekad membantu.

Namun, dengan pendidikan formal tak lulus SD, Suparni menyadari dirinya tak bisa bekerja di pabrik. Jalan pintas pun ditempuh. Diantar orangtuanya, dia nekat menumpang angkutan menuju Watutulis, Sidoarjo.

Suparni mengenang, di Watutulis saat itu ada lokalisasi kelas bawah berupa warung remang-remang. “Sekarang mungkin sudah tidak ada,” kata Suparni.

Watutulis adalah wilayah tua yang mulai ramai berkat baron-baron Eropa mendirikan pabrik gula menjelang rampungnya abad 19. Lazim terjadi, prostitusi marak di sekitar orang ramai macam pabrik gula.

Sejarah memberitahu, pabrik-pabrik gula segera bertebaran setelah Gubernur Jenderal Belanda Van Den Bosch pada 13 Agustus 1830 setuju penanaman tebu besar-besaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pabrik gula di sana masih berdiri sampai sekarang, nama resminya PG Watoetoelis. Ia tak terlalu jauh dari PG Toelangan, Sidoarjo, yang dipakai Pramoedya Ananta Toer untuk setting novel masyhurnya, Bumi Manusia.

Adapun Suparni tak mengais uang dengan jual tubuh di sana. Selanjutnya, dia berpindah-pindah lokalisasi. Mula-mula lokalisasi Jarak di Surabaya, kemudian lokalisasi Balongcangkring asuhan mendiang Suwono Blong di Mojokerto. Itu dilakoninya hingga tahun 1975.

Yang unik, di kompleks mana pun dia berpraktik, hampir tiap hari Suparni selalu pulang ke rumahnya di Jombang.

“Saya berangkat dengan menumpang truk sore hari, dan pulang ke rumah subuh. Kalau kebetulan hujan, saya berpayung daun pisang diantar bapak sampai di tepi jalan untuk mencegat truk yang lewat,” katanya.

Cara itu dilakukan karena dia setiap hari harus menyerahkan uang hasil kerjanya kepada orangtuanya, dan demi merawat dua keponakannya yang masih kecil, yang ikut di rumah kedua orangtuanya.

Suparni mengaku cukup "laris" di mana pun dia berpraktik. Rahasianya, dia hampir selalu memberikan servis lebih kepada laki-laki hidung belang konsumennya.

“Kalau habis main, biasanya saya pijat tubuhnya,” kata Suparni membeberkan rahasianya. Itu sebabnya, imbuh Suparni, laki-laki hidung belang yang sudah pernah dilayaninya, bukan hanya satu kali datang, melainkan beberapa kali.

Aktivitas jual jasa seks di kompleks-kompleks PSK mulai dihentikan akhir tahun 1970-an. Namun, aktivitas prostitusinya jalan terus. Sebab, saat itu dia punya gendhakan tetap, seorang pengemudi truk angkutan minyak tanah asal Ambon yang berdomisili di Jombang.

“Saya biasanya diajak ke rumahnya. Kebetulan dia tidak punya istri, perjaka tua,” imbuh Suparni.

Tetapi, itu tak berlangsung lama. Tahun 1980, dia mendadak terserang diare kronis, hingga harus digotong ke rumah sakit. Dia sempat mengira ajal akan segera menjemputnya. Saat itulah dia menyadari dirinya bergelimang dosa, sedangkan bekal untuk mati sama sekali belum ada.

Dalam keadaan sakit, Suparni lantas berjanji dalam hati untuk menghentikan pekerjaannya yang penuh dosa dan akan kembali ke jalan yang diridai Allah setelah sembuh.

Awalnya, niat kembali ke jalan yang benar itu tidak gampang dilakoni. Banyak godaan yang berupaya untuk membawanya kembali ke dunia hitam.

Gendhakan-nya sendiri, misalnya, ngotot agar Suparni tetap bekerja seperti sedia kala. Bahkan, si gendhakan berjanji akan segera menikahinya jika Suparni tetap menjalani profesinya.

“Tapi saya tak percaya. Masak mau memperistri, tapi kok juga menjerumuskan. Saya lantas meninggalkan dia,” tutur Suparni.

Dari para tetangga, cibiran-cibiran dan kecurigaan juga muncul tatkala Suparni mulai banting setir dengan bekerja serabutan, mulai cuci baju, bersih-bersih rumah, serta ikut membantu tetangga menyiapkan sate ayam untuk dijual keliling.

“Tapi, saya berusaha sabar. Bagi saya waktu itu, apa pun pekerjaan akan saya lakukan asalkan halal. Tak peduli apa omongan orang,” katanya.

Akhirnya, karena kesungguhan Suparni untuk kembali ke jalan yang benar, masyarakat di desanya mulai menaruh kepercayaan. Mereka yang tahu Suparni juga bisa memijat, mulai memakai jasanya.

Karena pijatannya manjur untuk mengatasi pegal linu dan capek, nama Suparni jadi dikenal sehingga permintaan pijat cukup banyak berdatangan. Sekali memijat, Suparni biasanya dibayar Rp 20.000 sampai Rp 25.000.

Permintaan pijat berasal dari warga tetangga sedesa ataupun warga desa lain. Para pelanggannya ada yang profesi tukang becak, ibu rumah tangga, ustaz, ustazah, sampai pegawai bank, guru, dan dosen.

“Kalau ada pelanggan di luar desa, biasanya saya dibonceng sepeda motor oleh kerabat atau anaknya,” jelas Suparni.

“Tidak tahu, selalu saja tiap hari ada orang yang minta dipijat. Saya jadi percaya, asalkan kita sungguh-sungguh bekerja dan pekerjaan itu halal, Tuhan akan memberi kita rezeki,” katanya.

Suparni juga merasakan, rezeki yang halal ternyata membawa barokah. Sekarang, meskipun sedikit-sedikit, dia bisa menabung. Padahal, sehari-hari dia pun turut membantu ekonomi keluarga keponakannya yang tinggal bersamanya saat ini.

“Dulu, ketika masih jadi 'orang nakal', dapat duit gampang dan jumlahnya cukup banyak. Tapi selalu cepat habis tak berbekas,” katanya.

Seiring dengan itu, aktivitas ibadahnya juga kian ditingkatkan, baik ibadah pribadi seperti shalat lima waktu berjemaah di mushala dusun setempat maupun aktif menjadi majelis Yasinan. Seorang tetangganya mengatakan, dia tak pernah melihat Suparni absen di pengajian.

Kalau malam tiba, jika lagi tidak ada kegiatan atau panggilan pijat, dia memilih nongkrong di depan pesawat televisi. Hobinya memang nonton sinetron religi Ketika Cinta Bertasbih.

Sumber : Kompas.com, 18 Agustus 2010

Dulu perampok 7 Kg emas, sekarang Kiai Alim

Jalan hidup seseorang sulit ditebak. Kemarin jadi penjahat, belum tentu besok masih juga penjahat. Buktinya, Sandiman Nur Hadi Widodo, mantan perampok toko emas Riau yang menggondol 7 kilogram emas tahun 1996.

Dulu, dia dihukum empat tahun penjara. Kini, dia jadi pendiri dan pengasuh pondok pesantren dan panti asuhan Al Ghifari di Gontan, Sidoreja, Lendah, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selama di penjara, Sandiman justru mendapat hidayah dari Allah dan belajar agama. Hebatnya lagi, hanya dalam waktu tiga bulan, Sandiman mampu menghafal Alquran 30 juz atau menjadi hafidz. Mendekam di penjara empat tahun, membuat dirinya bertobat, dan berjanji menjalani hidup sebagai orang baik setelah selesai masa hukumannya. Akhirnya dia memang jadi orang alim.

Begitu keluar dari penjara 10 September 1998, Sandiman mendirikan pondok pesantren dan panti asuhan tadi. Kini Sandiman menjadi kyai dan pengasuh pada pesantren yang ia dirikan itu.

"Di penjara saya belajar agama dan selama tiga bulan saya hafal Alquran. Allah memberi saya mukjizat begitu dasyat, karena begitu keluar dari penjara saya dapat membangun pondok pesantren dan panti asuhan," kata Sandiman di Kulon Progo.

Pesantren tersebut selesai dibangun dan diresmikan tahun 2000. Kini sudah ada 60 santri yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah menimba ilmu dan telah meluluskan 70 alumni.

Menurut dia, selama di dalam penjara banyak kejadian yang menurut dirinya di luar logika. Ilmu hitam yang dimilikinya seperti kebal peluru hingga ilmu menghilang, tiba-tiba musnah dari tubuhnya.

"Semua ilmu hitam yang saya miliki hilang, dan sejak saya belajar agama saya menjalani hukuman dengan tenang, saya pasrah kepada yang memberi saya hidup," katanya.

Ia mengatakan selama di penjara dirinya berkelakuan baik, dan ilmu agamanya terus diperdalam. "Saya memperoleh perlakuan khusus selama di dalam penjara. Saya diberi kepercayaan memberi khutbah, dan memberi pengajian di luar penjara, meski dengan pengawalan ketat," ujar dia.

Bahkan, kata dia, dirinya mendapat potongan hukuman selama satu tahun. "Saya diperlakukan secara khusus di dalam penjara, dan saya sangat bersyukur dengan semua itu, karena itulah jalan hidup saya yang dimudahkan oleh Allah SWT," katanya.

Ia membekali santrinya dengan keterampilan kerja, mulai dari beternak, menjahit serta teknik mesin. "Banyak santri lulusan Al Ghifari kini bekerja dan sebagian memiliki usaha sendiri," katanya.

Sandiman selalu menanamkan kepada para santrinya untuk tidak patah semangat ketika menjadi orang miskin, dan pesantren ini memberikan berbagai bekal keterampilan kerja maupun untuk usaha lainnya.

Sumber : Kompas.com, 18 Agustus 2010



Jumat, 13 Agustus 2010

Nabi Ibrahim dan Ayahnya

Azar, begitulah nama bapa Nabi Ibrahim. Juga seorang yang dengan asyik menyembah batu batu patung, bahkan orang yang membuat patung patung itu dan menjualnya untuk disembah manusia yang membelinya.
Ibrahim tahu, bahawa bapanyalah manusia yang paling dekat kepadanya. Sebab itu bapanya sendiri itulah yang harus pertama kali ditunjuki dan dihindarkannya dari kesesatan, diberi nasihat sepanjang apa yang diajarkan Allah kepadanya.

Terhadap bapanya itu, Nabi Ibrahim sangat hati hati, sebagai penasihat, tetapi pula sebagai anak, Nabi Ibrahim sekali kali tidaklah menghina atau merendahkan akan apa apa yang disembah bapanya itu. Di aturlah oleh Ibrahim kata kata dengan susunan yang paling baik dan menarik hati, dikeluarkan kalimat demi kalimat yang sudah diaturnya itu dengan suara yang lunak, berlemah lembut, bersopan santun, dengan cara yang penuh hormat sekali kepada orang tuanya sendiri.
Mula mula sekali disebutkannya bahawa dia sendiri adalah anak dari bapanya itu sendiri. Kemudian mulai Ibrahim bertanya pertimbangan dan alasan alasan apakah yang menyebabkan bapanya menyembah batu patung itu. Akhirnya dengan cara yang halus, dinyatakannya kepada bapanya, bahawa dia mendapat ilmu dan wahyu dari Allah, mendapatkan keterangan keterangan yang tidak didapat oleh bapanya sendiri.
Dengan hormat dan khidmat, budi dan sopan, tutur demi tutur kata yang teratur, Ibrahim mengajak bapanya sendiri untuk percaya kepadanya, untuk sama sama mengenal Allah bersama dia, kemudian agar menyembah Allah dan meninggalkan batu patung yang tak mendatangkan sesuatu apapun itu.

Tetapi bagaimana juga dicuba oleh Ibrahim untuk menarik hati bapanya, sia sia belaka. Bapanya bukan bertambah insaf dan dekat dengan pendiriannya, malah bertambah sesat dan jauh dari yang dicita citakan Ibrahim sendiri. Akhirnya bapanya berkata: Apakah engkau benci kepada tuhanku, hai Ibrahim? Kalau engkau tidak kembali dari tindakan engkau itu engkau akan saya lontar dengan batu, akan saya hancurkan badanmu itu. Engkau akan tahu sendiri bagaimana jadinya kalau saya sudah marah. Sebelum saya marah, lebih baik engkau pergi saja, tidak ada tempat lagi buatmu di rumahku ini, dan tidak ada pula tempat bagimu dalam hatiku.

sanggahan dan bantahan bapanya itu, disambut oleh Ibrahim dengan dada yang lapang, ketenangan hati, ketetapan jiwa. Kepada Ibrahim tidak dibolehkan oleh Allah bertindak lebih jauh selain menjawab semua itu dengan apa yang diwahyukan Tuhannya: Salamku dan selamat tinggal kepada bapa, saya mohon ampunan Tuhan bagi bapa, kerana bapaku harus kuhormat, dan aku mohonkan ampun bagimu hai kaumku atas apa yang kamu sembah selain Allah, dan aku berdoa kepada Tuhanku, mudah mudahan Tuhan tidak menjadikan doaku ini pangkal kesengsaraan.
Nabi Ibrahim berangkat dan pergi dengan sedih memukul hatinya, kerana anjurannya tidak dapat disambut dengan telinga terbuka oleh bapanya sendiri. Dia mengasingkan diri dari bapanya, agar jangan ikut serta menyaksikan kesesatan dan kesyirikan itu.


disadur dari : cerita-cerita dari Alquran by Tripod

Keluarga Imran

Semasa masih remaja puteri bercita-cita beroleh anak, sampai tua dan beruban belum juga dianugerahi Allah seorang anak pun. Cita cita untuk beroleh anak inilah yang selalu menggoda ketenangan hati dan kebahagiaan hidup perempuan tua yang kita ceritakan ini, iaitu isteri Imran.
Lebih lebih ketika matanya menuju memandang burung burung yang dengan riang gembira berterbangan ke sana ke mari dengan anak anaknya, berkicauan dan bersiul siul, berebut ulat dan buah buahan. Demikian pula perempuan tua mi melihat perempuan perempuan lain sedang menggendong dan membuaikan anak anak bayi mereka, membelai dan menyanyikan anak yang menjadi buahati mereka, dengan kasihsayang dan kegembiraan penuh. Apalagi melihat anak anak orang yang sudah besar besar, datang dan pergi bila dipanggil dan disuruh ibu bapaknya. Sedang perempuan tua ini hidup sebatang kara hanya dengan suami yang sudah tua dan sepi, kerana tidak seorang anak pun yang berada di samping keduanya untuk memecahkan kesepian hidupnya itu.
Siang menjadi angan angan, malam menjadi buah mimpi, sehingga sudi dan rela hatinya mengorbankan apa saja yang ada padanya asal saja dia dapat beroleh seorang anak yang terdiri dari darah dan dagingnya sendiri. Anak, sekali lagi anak dan seterusnya anaklah yang menjadi impian dan idamannya sepanjang masa.
Siang berganti malam, hari berganti bulan, bulan berganti tahun dan sudah berpuluh puluh tahun konon lamanya, cita cita ini tetap menjadi cita cita saja, namun dia belum juga beroleh yang dicitakannya itu. Hatinya mulai kesal, rasa putusasa mulai bertunas dalam kalbunya, kerana umur yang dicapainya ini rasanya tidak memungkinkan lagi untuk beroleh anak, fikirnya.
Tidaklah bererti bahawa cita citanya itu telah padam. Tidak, malah bertambah hebat dan bernyala nyala juga. Akhirnya dia menghadapkan muka dan seluruh jiwaraganya kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang menjadikan langit dan bumi. Berdoalah dia dengan khusyu dan khudhu agar kiranya Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih, yang mendengar segala doa yang sanggup membuat apa kehendakNya, mengurniainya jua dengan seorang anak.
Untuk menguatkan doanya ini, ia bernazar, berjanji kepada Allah tempat dia meminta itu, bahawa bila doanya mi terkabul, maka anak yang akan diperolehinya itu, akan didermakannya bulat bulat tanpa syarat untuk Rumah Suci Baitul Maqdis, sebagai abdi Allah dan pengawal Rumah Suci itu. Tidak akan dipekerjakan, selain untuk mengabdikan diri dan menyembah Allah semata di tempat. suci itu.

Allah mendengar dan mengabulkan doa perempuan tua itu. Perempuan tua itu mulai merasakan sesuatu yang bergerak dalam rahimnya.
Bukan main girang dan senang hatinya. Dunia yang mulanya gelap gelita dan lapuk dalam pemandangannya, kembali menjadi terang dan muda dalam pandangannya, penuh dengan cahaya terang benderang. Hilang rasanya segala pandangan gelap dan kegelisahan hati selama itu.
Duduklah dia di samping suaminya (Imran) dan menerangkan apa yang terasa dalam kandungannya itu. Dan mata suaminya yang sudah tua itu terpancarlah cahaya kegembiraan yang kilau kemilau, diiringi oleh beberapa titis airmata tanda kegembiraan yang tidak terhingga hebatnya.
Tetapi......, riang dan sedih tidak ada yang kekal di atas dunia ini. Dalam keadaan riang gembira yang penuh nikmat itu, seakan akan berada dalam mimpi menunggu kelahiran seorang putera yang sudah lama dicita citakan itu, tiba tiba kegembiraan dan kenikmatan perasaan itu berganti dengan nasa sedih dan pilu, kerana suaminya yang tua yang dicintainya itu pulang ke rahmatullah, menemui Tuhannya sebelum dapat melihat dengan biji matanya, akan anak yang ditunggu tunggu dan diidam idamkannya itu.
Tinggallah perempuan tua itu seorang diri, diselubungi oleh perasaan sedih dan pilu ditinggalkan suami yang sangat dicintainya, sekalipun dalam dadanya penuh rasa harap dan gembira, bersemi pula memenuhi kalbunya menanti nanti kelahiran sang bayi dan kandungannya, yang sudah sekian lama diidam idamkannya.
Belum pernah kiranya seorang manusia di dunia ini yang diserang rasa sedih dan pilu bersamaan waktunya dengan perasaan gembira dan nikmat, sebagai perempuan tua janda Imran ini.
Dengan perasaan sedih bercampur gembira dan harap itu dia merasakan bahawa dia sudah dekat bersalin. Segala sesuatu disiapkannya, lalu kandungannya itupun lahirlah.
Setelah diketahuinya, bahawa bayi yang dilahirkannya itu adalah perempuan, dia pun mengeluh lagi, kerana bukanlah sebagai yang dicita citakannya selama ini. Seorang perempuan tentu tidak dapat dijadikan abdi Rumah Suci Baitul Maqdis, fikirnya.
Dengan perasaan duka dan sedih pula, bayi yang baru lahir itu diberi nama dengan nama yang sudah diwahyukan Tuhannya; iaitu Mariam yang bererti Pengabdi Tuhan.


MARIAM (WANITA PALING MULIA DI MUKA BUMI)

Janda Imran mendoakan anak bayinya yang bernama Mariam itu kepada Tuhan, agar Allah menjaga dan melindunginya dan segala noda dan cela, agar amal dan pekerti anak itu nanti sesuai dengan nama yang diberikanNya itu. Dia doakan pula, agar Mariam dan keturunannya diperlindungi Allah dari godaan godaan syaitan yang laknat.
Dia sudah nazarkan anaknya itu untuk menjadi abdi di Rumah Suci. Tetapi dapatkah gerangan seorang perempuan menjadi abdi di Tempat Suci? Bukankah perempuan itu tidak dapat disamakan dengan lelaki? Dia sangat khuatir dan gelisah lagi, kesedihan dan kegelisahan yang tidak kurang hebatnya dan kesedihan dan kegelisahannya di kala suaminya meninggal dunia.
Tetapi apakah daya, selain memohon dan menyerah ke hadhrat Allah mendoa petang dan pagi dengan tidak putus putusnya, agar anaknya itu diterima Allah menjadi abdi di Rumah Suci, sebagai yang dinazarkannya itu. Semua doanya itu dijawab oleh Allah dengan jawaban yang sebaik baiknya. Kepadanya diilhamkan Allah, bahawa nazarnya itu akan dikabulkan Allah, anaknya itu akan diterima Allah sebagai abdi di Tempat Suci Baitul Maqdis.
Dengan diam diam, pada suatu malam anaknya yang masih kecil itupun dibungkusnya baik baik dengan kain, digendongnya dan dia lalu berjalan menuju Baitul Maqdis, Tempat Suci. Di Ternpat Suci itu ditemuinya semua pendita yang menjadi pegawai Tempat Suci itu. Kepada pendita itu dia berkata:
Anak perempuan ini aku serahkan kepada Tuan tuan, kerana saya sudah bernazar untuk menyerahkan anakku ini untuk menjadi abdi Rumah Suci ini.
Alangkah tabah dan kesatrianya hati yang dimiliki perempuan ini. Dia baru saja kehilangan suami, sekarang anaknya yang hanya seorang, yang diidam idamkan dan dicita citakannya berpuluh tahun lamanya itu, diserahkannya pula untuk Tempat Suci memenuhi nazarnya, kerana taat akan janji dan nazar yang sudah diucapkannya ke hadhrat Allah s.w.t.
Dia segera pulang ke numahnya, meninggalkan anak kandungnya. Bukan airmata yang tercurah dan matanya saban dia teringat akan anaknya, atau dia mendengar berita yang dibawa orang lalu tentang keadaan anaknya itu, tetapi dia bersyukur memuji Allah dengan hati yang tenang dan sabar. Tidak pernah dia mengeluh dan menyesal.
Mariam sekarang berada di tengah tengah para pendita di Tempat Suci Baitul Maqdis. Masing-masing pendita ingin agar dia sendirilah yang menjadi pengasuh dan memelihara Mariam. Berbagai-bagai alasan yang mereka kemukakan, untuk mendapatkan keinginannya terhadap Mariam. Ada yang berkata kerana berdekatan kampung dengan Mariam. Ada yang berkata mengemukakan alasan kerana berdekatan hubungan kekeluargaan dan famili, ada pula alasan lain yang mengatakan bahawa bapa Mariam itu adalah guru dan pemimpinnya sendiri. Terbitlah pentengkaran antara pendita dengan pendita, untuk mendapatkan Mariam yang masih bayi itu.
Yang paling keras dan paling kuat alasannya di antara para pendita itu, ialah seorang tua yang bernama ZAKARIA (Nabi Zakania): Serahkanlah pengasuhan dan pemeliharaan Mariam kepada saya, kata Zakania. Sayalah yang paling berhak menjaga dan rnengasuhnya, kerana sayalah yang paling dekat perhubungan kefarnilian dengannya.
Pendita pendita yang lain pun tidak kurangnya mengemukakan alasan mereka pula, sehingga pertengkaran dan pendebatan semakin sengit, soal jawab semakin hebat. Sernuanya ingin menjadi pengasuh Mariam, semua ingin memberikan baktinya terhadap Allah s.w.t.
Kerana tidak seorang jua di antara para pendita itu yang mahu rnengalah, akhirnya mereka bersepakat akan rnengadu peruntungan masing masing dengan undian. Mereka lalu berangkat menuju salah sebuah sungai, dimana mereka akan melemparkan tongkat masing masing ke sungai itu dengan perjanjian, tongkat siapa yang tidak tenggelam, maka dialah yang berhak menjadi pengasuh Mariam.
Setelah undian itu dilakukan, maka terbuktilah bahawa tongkat Zakaria saja yang tidak tenggelam, maka para pendita itupun relalah sekarang menyerahkan Mariam kepada Zakaria, untuk diasuh dan dibesarkan. Zakaria seorang tua yang belum pernah mempunyai anak, cintanya terhadap Mariam bukan alang kepalang. Segala sesuatu yang dapat menggembirakan hati Mariam, disediakan sebaik baiknya dan secukup cukupnya. Segala keperluan Mariam dia sendirilah yang menguruskannya, baik urusan yang kecil kecil, apalagi urusan yang besar besar. Seorang manusia lain, siapapun juga, tidak diizinkannya menghampiri Mariam.
Mariam ditempatkannya di salah sebuah bilik, yang besar di tingkat atas dalam Rumah Suci itu, sedang di bawah bilik itu adalah Mihrab Nabi Zakaria sendiri, dimana Nabi Zakaria setiap waktu beribadat dan mengajar agama kepada setiap orang yang datang belajar. Tidak seorang juga manusia dapat masuk ke dalam bilik Mariam, dengan tidak melalui tangga di mihrabnya itu, sedang tangga itu dijaganya sebaik baik dan serapi rapinya.
Zakaria merasa senang dan tak pernah merasa penat menjaga dan mengasuh Mariam serapi itu, kerana hal itu bererti menjalankan amanat Allah. Demikianlah berlangsung bertahun tahun lamanya, sehingga keadaan Mariarn semakin lama semakin besar jua.


KEJADIAN ANEH

Pada suatu ketika Zakaria sebagai biasa masuk mihrabnya dan menemui Mariam dikamarnya. Tiba tiba dia melihat makanan terletak di pintu masuk ke kamar Mariam. Alangkah terkejutnya melihat makanan itu disitu, siapakah gerangan yang telah membawa makanan itu ke dalam kamar Mariam dengan tiada seizin dan setahu Zakaria sendiri?
Zakaria amat gelisah memikirkan kejadian ajaib itu, tetapi untuk sementara dibiarkannya saja. Tetapi dia berjaga jaga, kalau ada orang masuk dengan cara sembunyi sembunyi. Pada hari esoknya dia masuk pula ke kamar Mariam dan didapatinya pula di tempat itu makanan yang baru lagi, lain dari makanan yang sebelumnya. Penjagaan makin diperkuatnya. Lusanya kembali dia melihat makanan yang baru lagi, sudah tersedia pula dengan baiknya di kamar Mariam.
Kecurigaan Zakaria terhadap manusia lainnya mulai berkurangan, tetapi kehairanannya semakin menghebat, sebab dia sudah tahu benar, tidak seorang manusia pun yang datang dan masuk ke situ, sebagai yang dicurigainya semula.
Kepala Zakaria penuh dengan fikiran dan keajaiban kejadian itu, tentang rahsia yang dihadapinya.
Dia masuk mendapatkan Mariam dan bertanya: Hai Mariam, dan manakah datangnya makanan itu, sedang pintu tetap tertutup dan tidak seorang juga yang dapat masuk ke mari membawa makanan?
Mariam menjawab dengan tenang: Makanan itu adalah dari Allah. Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya dengan tidak berhisab.
Mendengar jawapan Mariam yang tegas dan tenang itu, barulah Zakaria insaf, bahawa Allah sudah menentukan Mariam yang dia jagai itu menjadi seorang hambaNya yang luarbiasa, mempunyai kedudukan dan martabat penting di sisi Allah yang belum pernah dicapai dan diduduki oleh perempuan lain di atas dunia ini.
Kasih dan sayang Zakaria terhadap Mariam berubah menjadi penghormatan dan pengkhidmatan yang semakin lama semakin bertambah dan mendalam jua, sehingga penjagaan dan pemeliharaannya semakin teliti dan hati hati lagi dan yang sudah sudah. Cita cita baru mulai bersemi dengan kukuh sekali di hati Zakaria.
Zakaria yang sudah tua dan tidak bertenaga lagi itu, kini semakin ingin untuk beroleh seorang anak dari darah dagingnya sendiri. Bukan hanya semata mata ingin beranak, tetapi cita cita yang jauh lebih agung dan luhur, ialah agar anak yang dicintakan itu dapat meneruskan perjuangan suci menghadapi suasana baru yang akan ditimbulkan oleh Mariam, kerana dia sendiri sekarang sudah tua dan sudah dekat kepada akhir hayatnya. Nabi Zakaria lalu mendoa kepada Allah tentang cita citanya.
Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria. Isterinya yang sudah tua itupun mulai mengandung. Tidak lama kemudian lahirlah seorang putera, yang diberi nama Yahya (Nabi Yahya).
Adapun Mariam tetap tinggal di tempatnya, semakin besar dan besar juga, dengan hati yang penuh taqwa, dengan ibadat yang tulus ikhlas. Namanya mulai terkenal kepada setiap orang sebagai seorang puteri yang suci murni, yang terjauh dari segala dosa dan noda. Dia menjadi buah bibir, menjadi contoh dan kata kata julukan segenap ummat yang hidup di masanya itu.



disadur dari : cerita-cerita dari Alquran

Iskandar Zulkarnaen

Daud menjawab: Tuhan telah dapat memeliharaku dari bahaya singa dan beruang dengan tali dan batu, pun akan menolong dan memeliharaku dalam perang ini dengan tali dan batu ini pula.
Daud maju ke medan perang, menyusur di antara masing masing tentera yang sedang bermain pedang dan lembing itu. Satu satu musuh yang menghalangi gerak majunya, dapat dibunuhnya. Dia maju dan terus maju ke tempat pemimpin musuh, menuju kepada Jalut sendiri.
Dia berhasil mendekati kedudukan Jalut. Sebelum Jalut dapat memukulnya dengan pedang, Daud sudah lebih dahulu memukul Jalut dengan melemparkan batu sekuat kuatnya. Batu pertama tepat mengenai kepala Jalut, disusulnya dengan batu kedua, batu ketiga, keempat dan seterusnya, sehingga Jalut mati seketika itu juga.
Dengan matinya Jalut, tentera musuh menjadi kucar kacir dan bertaburan. Akhirnya dapat dikalahkan seluruhnya oleh bangsa Bani Israel yang dipimpin oleh Talut. Bangsa Israel kembali hidup merdeka di tanahair sendiri, bertemu dengan anak isterinya yang sudah lama mereka tinggalkan.

Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu Iskandar Zulkarnain menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa yang begitu kejam. Apakah bangsa itu akan digempurnya habis-habisan atau akan dibiarkan begitu saja?
Tuhan menyuruh Iskandar Zulkarnain membuat pilihan salah satu diantara dua tindakan: Digempur habis-habisan sebagai balasan atas kekejaman mereka selama ini atau diajar dan dididik dengan propaganda, agar mereka kembali kepada kebenaran dan meninggalkan segala kejahatan.
Akhirnya Iskandar Zulkarnain memutuskan akan menggempur mereka yang derhaka dan jahat sehebat-hebatnya dan membiarkan serta melindungi orang-orang yang baik diantara mereka. Pada bangsa itu, Iskandar Zulkarnain lalu mengucapkan kata-katanya yang ningkas: Siapa yang aniaya, akan kami seksa dan dikembalikan kepada Tuhan agar Tuhan memberi seksa yang lebih hebat lagi. Adapun orang-orang yang saleh dan baik, akan kami lindungi serta diberi ganjaran-ganjaran dan kepadanya kami hanya akan perintahkan kewajipan-kewajipan yang ringan saja.
Tenteranya segera bergerak, menewaskan setiap orang yang kejam, melindungi setiap orang yang baik. Akhirnya negeri itu dapat diamankan dan ditenteramkan, serta diatur sebaik-baiknya, penuh dengan kehidupan bahagia dan makmur.
Kerana kewajipannya terhadap bangsa dan negeri itu sudah selesai, Iskandar Zulkarnain dengan tenteranya lantas menuju ke arah Timur (India). Dilihatnya matahari terbit atas bangsa yang masih hidup telanjang (Bangsa Hindustan).

Bangsa dan negeri itupun dapat ditaklukkannya, diamankan dan ditenteramkannya, serta diatur sebaik-baiknya sehingga setiap orang dapat merasakan hidup aman dan tenteram, bahagia dan
senang pula. Bangsa itu dapat dikeluarkannya dari lembah kesesatan dan kejahilan.
Selesailah sudah kewajipannya terhadap negeri dan bangsa itu. Ia lalu menuju ke utara, ke negeri Armenia melalui Persia dan Azerbaijan. Dengan kemenangan demi kemenangan yang dicapainya selama dalam perjalanan itu, akhirnya dia sampai ditempat yang ditujui. Didapatinya di situ satu bangsa yang hidup antara dua buah gunung, iaitu Gunung Armani dan Gunung Azerbaijan. Iskandar Zulkarnain tidak mengerti akan bahasa yang dipakai bangsa ini.
Bangsa ini didapatinya hidup selalu dalam ketakutan dan kekhuatiran, kerana negeri mereka berbatasan dengan bangsa Yajuj dan Majuj yang terkenal kejam dan kuatnya. Bukan sekali-dua kali saja tetapi sering sekali bangsa Yajuj dan Majuj itu datang menyerang mereka, menghancurkan apa saja yang didapatinya dan membunuh siapa saja yang dijumpainya.
Kedatangan Iskandar Zulkarnain ini, mereka sambut dengan segala kehormatan dan kegembiraan, kerana mereka tahu bahawa Iskandar Zulkarnain adalah raja yang terkuat dan raja yang seadil-adilnya dimuka bumi ini.
Kepada Iskandar Zulkarnain dimintanya pertolongan, untuk melindungi diri mereka dari serangan Yajuj dan Majuj. Mereka memohon agar antara negeri mereka dengan negeri Yajuj dan Majuj diadakan dinding raksasa yang tidak dapat ditembusi dan untuk keperluan ini, mereka sanggup membayar upah dan kerugian kepada Iskandar Zulkarnain.
Mendengar permohonan ini, Iskandar Zulkarnain menjawab: Saya tidak mengharapkan upah dari kamu. Nikmat dan pemberian Tuhanku adalah lebih berharga dari upah itu. Hanya kepadamu saya minta kaum pekerja dan alat-alatnya, besi, tembaga, arang batu dan kayu.
Setelah semua itu terkumpul, Iskandar Zulkarnain mulai bekerja dengan pentolongan para pekerja. Mula-mula dinyalakan api dengan kayu dan arang batu, diambilnya besi, lalu dihancurkannya dengan api itu. Kepada hancuran besi itu dituangkannya tembaga, sehingga menjadi satu dengan besi. Dengan bahan campuran inilah didirikannya dinding raksasa antara negeri itu dengan negeri Yajuj dan Majuj, dinding besi raksasa yang tidak dapat ditembus dan dilubangi oleh sesiapa.
Kepada bangsa itu Iskandar Zulkarnain lalu berkata: Dinding ini adalah rahmat dari Tuhan kepadamu, hanya Tuhanlah yang dapat menembus dinding ini, bila dikehendakiNya.
Dengan jalan begitu, maka aman dan tenteramlah negeri itu. Setelah Iskandar Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri lainnya ditimur, barat, diutara dan diselatan, maka kerajaannya kini
meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana penduduknya kini hidup dengan aman
tenteram dan makmur.

Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah dapat dicapainya, berkat pertolongan Allah, kerana dia selalu berlindung diri kepadaNya. Tetapi sayang setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, kerajaan
yang besar dan bahagia itu menjadi berpecah-belah, kerana perebutan kekuasaan para pengikutnya yang ditinggalkannya.
Iskandar Zulkarnain yang bererti raja Timur dan Barat, telah dapat mempersatukan kerajaan Timur dengan kerajaan Barat, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur, berkat ilmu dan pengetahuannya, serta berkat dasar ketuhanan yang selalu dipegangnya teguh dalam mendirikan kerajaan besar itu.
Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh manusia yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti cita-cita ini akan menjelma
lagi serta menjadi kenyataan, sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan Barat, yang adil dan makmur.
Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain abad keduapuluh.


disadur dari : cerita-cerita dari Alquran by Tripod

Jenderal Talut

Tabut, sebuah barang berbentuk peti, adalah suatu pemberian Allah yang amat besar ertinya bagi bangsa Bani Israel, sejak dari zaman Musa a.s. sampai jauh sesudah meninggalkan Nabi Musa. Boleh di katakan sebuah barang keramat, dengan erti yang se benar benarnya. Baik ketika Bani Israel sedang menghadapi perang dahsyat, mahupun dalam keadaan yang genting, bila mereka melihat akan tabut itu mendadak mereka menjadi tenang dan tabah hatinya. sehingga dapat menentang musuh serta mengalahkannya. Begitu pula bila ada perselisihan hebat antara mereka, dengan memperlihatkan tabut itu saja kepada golongan golongan yang sedang berselisih tu, maka redalah perselisihannya dan segera mereka bersatu padu kembali. Tabut menambah semangat keberanian pada mereka dan menyebabkan rasa takut dan lemah pada musuh mereka. Karena berkat tabut itulah Bani Israel dalam berabad abad lamanya dapat hidup bersatu di negeri mereka sendiri, tidak dapat diusir oleh kekuatan yang manapun. Tetapi setelah Nabi Musa meninggal dunia, bangsa Israel lama kelamaan lupa akan ajaran Nabi Musa, lupa akan agama mereka dan agama itu mereka robah robah menurut kemahuan mereka sendiri.
Dalam keadaan yang demikian itu, akhirnya mereka dapat dikalahkan dan diusir dari kampung halaman mereka sendiri. oleh bangsa Palestin. Bangsa Palestin menjajah dan menguasai mereka dan bangsa Palestin akhirnya berhasil merebut tabut dari tangan mereka itu.
Nasib bangsa Israel semakin jelek dan melarat di bawah penjajahan sehingga mengalami pengusiran itu, terpisah dari anak dan isteri mereka. Demikian keadaan mereka dalam tempoh yang tidak pendek dan tidak juga di antara mereka yang sanggup tampil ke muka, untuk memimpin bangsanya yang telah bercerai-berai itu.
Akhirnya diutus Allah kepada mereka seorang Nabi, Samuel namanya. Dengan pimpinan Samuel ini, akhirnya beberapa orang di antara bangsa Israel dapat berkumpul. Dari kumpulan ini timbul hasrat bagi mereka, untuk berusaha mengusir bangsa Palestin yang telah mengusir mereka dari tanah airnya. Tetapi sayang, tidak seorang juga di antara mereka yang berani dan sanggup menjadi pemimpin, untuk mencapai cita cita nasional mereka itu. Timbullah hasrat di kalbunya masing masing untuk mempunyai seorang pemimpin, yang akan menyusun kekuatan mereka yang telah berpecah itu, serta menggalang kekuatan untuk mengusir musuh yang kuat dan kejam itu.

Samuel tahu benar akan letak kelemahan kaumnya yang demikian itu, kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya kemahuan untuk berjuang dan kelemahan kerana tidak adanya rasa patuh terhadap pemimpinnya.
Dengan tegas Samuel berkata kepada mereka: "Sebab kelemahan kamu, adalah kerana kamu sekalian tidak mahu berjuang menghadapi peperangan bila dipanggil untuk berperang!"
Mereka menjawab: Kami sanggup berjuang dan bertempur, kerana tidak tahan lagi hidup sengsara terpisah dengan anak keluarga dan tanahair sendiri, asal saja ada yang memimpin kami dalam perjuangan dan pertempuran itu.
Samuel mempersilakan mereka menunggu, kerana Samuel ingin menerima petunjuk dari Allah terlebih dahulu, tentang maksud ini. Lalu kepada Samuel diwahyukan oleh Allah, agar memilih Talut menjadi raja dan pemimpin perang mereka. Samuel sendiri rupanya belum kenal siapa Talut itu. Tetapi dengan tegas Allah mewahyukan kepada Samuel, agar jangan ragu ragu dalam menetapkan Talut sebagai pemimpin dan jeneral dalam perang yang diperintahkan itu.
Talut adalah anak desa dalam negeri itu, bahkan anak seorang yang melarat pula. Jangankan ia akan dikenal sebagai pemimpin. dalam pergaulan sehari hari saja jarang orang kenal kepadanya. Tetapi dia adalah seorang yang berbadan kuat dan sihat; tinggi dan gagah perawakannya, matanya tajam, fikirannya pun luas dan tajam pula. Dalam pada itu, dia mempunyai hati yang suci bersih, budi yang halus dan agung. Dia tinggal di desa kecil bersama bapanya. Pekerjaannya bertani dan berternak.
Pada suatu ketika dia sedang berada dalam kandang keldai bersama bapanya, ternyata bahawa se ekor keldai betinanya tidak ada dalam kandang, mungkin keldai itu tersesat ke lain kampung. Dengan diiringkan oleh seorang anak, pergilah dia mencari keldainya yang hilang itu di tengah tengah padang pasir yang luas, menyeberangi jurang dan mendaki gunung.
Berhari hari sudah keduanya berjalan mencari, sehingga sudah luka luka kakinya, penat seluruh badannya, tetapi keldai itu belum juga dijumpainya.
Dia lalu berkata kepada anak yang menjadi temannya: "Marilah kita pulang, mungkin bapa sudah khuatir terhadap kita yang sudah lama tidak juga pulang.
Anak itu menjawab: Sekarang kita ini sudah sampai di sebuah desa yang bernama Sofa, di mana tinggal seorang Nabi Allah, iaitu Samuel. Lebih baik kita bertemu dan berziarah lebih dahulu kepada Nabi yang mulia itu. Dan mari kita bertanya kepadanya, tentang keldai kita yang hilang itu. Mudah mudahan turun kepadanya Malaikat membawa wahyu, sehingga dapat memberi petunjuk kepada kita tentang maksud kita ini.

Mendengar perkataan ini, kembali timbul harapan dalam hati Talut. Keduanya lalu berjalan dan bertanyakan, di mana rumahnya Nabi Samuel itu. Tiba tiba keduanya bertemu dengan beberapa orang anak perempuan, yang sedang mencari air di padang pasir itu. Kepada anak perempuan ini ditanyakan di mana rumah Nabi Mulia Samuel dan minta agar ditunjukkan jalan ke rumahnya. Anak perempuan itu menerangkan, bahawa barang siapa yang ingin bertemu dengan Nabi Samuel, harus menunggunya di puncak bukit tempat berdirinya ini. Dalam percakapan demikian tiba tiba Samuel tiba di tempat itu. Sebentar kemudian tahulah Talut, bahawa itu adalah Nabi Samuel yang mulia, cukup tanda tanda kenabiannya dan begitu pulalah menurut keterangan dari kedua anak perempuan itu sendiri.
Talut memandang ke wajah Samuel dan di saat itu Samuel pun memandang ke wajah Talut, maka bertemulah pandang dengan pandang dan dalam pertemuan pandang itu, terikatlah antara kedua orang itu rasa yang sama-sama bersih, jiwa yang sama sama tertarik satu sama lain; sekalipun belum pernah berjumpa, tetapi tahulah Samuel, bahawa yang berada di hadapannya ketika itu adalah Talut, yang pernah diwahyukan Allah kepadanya, untuk dijadikan raja, pemimpin dan jeneral, bagi bangsa Israel yang memerlukan pemimpin itu.
Berkatalah Talut: "Saya datang menemui tuan, ya Nabi Allah, untuk minta keterangan dan petunjuk, tentang keldai bapaku yang hilang di tengah padang yang luas ini. Sudah beberapa hari kami berdua mencarinya, hampir kami berputusasa. Mudah mudahan tuan kiranya dapat menunjukkan kepada kami tentang keldai itu dengan ilmu tuan yang tinggi itu.
Samuel lalu menjawab: "Adapun keldai yang hilang itu sekarang sedang berjalan pulang menuju kandangnya. Janganlah engkau bersusah payah lagi mencarinya. Saya pun ingin bertemu denganmu, tentang sebuah urusan yang lebih penting dan lebih mulia. Bukan urusan keldai yang hilang, tetapi urusan kemerdekaan yang sudah lama lenyap, urusan rakyat kita yang sudah lupa kandang. Saya kemukakan, bahawa Allah telah memilihmu guna menjadi raja bagi bangsa Israel ini, untuk mempersatukannya, lalu menyusun kekuatan mereka untuk menghadapi musuh musuh yang sudah menjajah sekian lama dan mengusir mereka dari tanah airnya. Allah sudah menjanjikan pertolonganNya buat engkau, sehingga engkau akan mendapat kemenangan dalam pertempuran dengan penjajah itu.
Jawab Talut: Apakah saya akan jadi raja, pemimpin dan jeneral mereka? Saya ini adalah keturunan Binyamin, orang yang terhina dalam kalangan bangsa bangsa yang duabelas suku (asbat), paling miskin dan melarat, bagaimana saya dapat menjadi raja, memegang pimpinan atas bangsa yang besar itu?

"Ini adalah atas iradat dan wahyu Allah, kata Samuel. "Sudah menjadi perintah Allah dan hukumNya, hendaklah engkau bersyukur atas nikmat Allah itu dan membulatkan fikiran untuk memimpin perjuangan yang hebat ini.
Sesudah Samuel dan Talut berjabat tangan, keduanya lalu pergi menemui bangsa Israel. Nabi Samuel bersabda kepada mereka: "Hai Bani Israel, Allah telah mengutus Talut untuk menjadi raja bagimu sekalian, dia sekarang memegang pimpinan atasmu, maka hendaklah kamu tunduk dan taat terhadap pimpinannya ini dan bersiaplah kamu untuk menghadapi musuh musuhmu di bawah pimpinannya!"
Tetapi bangsa Israel itu kembali menyanggah, menurutkan sentimennya masing masing, jawabnya:
Kenapa dia yang dijadikan raja kami, sedang dia bukan bangsawan yang layak menjadi raja. Di sini ada orang yang lebih layak untuk dijadikan raja dan pemimpin, yakni anak Lawei keturunan segala Nabi dan Rasul, keturunan Yahuza yang selamanya memegang tampuk pimpinan dan turunan raja raja pula. Kenapa dia orangnya yang tidak kami kenal itu akan menjadi raja kami? Dia hanya seorang miskin dan melarat, bertangan kosong, serta tak mempunyai kekayaan untuk menjalankan pemerintahan. Sedang orang yang kami usulkan ini, mempunyai kebesaran dan hartawan, mempunyai pengaruh terhadap orang banyak.
Samuel menjawab: "Untuk menjadi panglima perang dan kepala negara, tidak memerlukan syarat kebangsawanan dan kehartawanan. Sekalipun orangnya bangsawan dan hartawan, tetapi kalau tidak mempunyai kebijaksanaan dan kemampuan, ianya tidak dapat dijadikan raja. Bahkan darah bangsawan itu banyak yang menyebabkan seorang penakut, harta benda yang banyak menjadi orang berotak tumpul. Adapun Talut ini, Allah telah melebihkannya dibanding dengan kamu sekalian, kerana ia memiliki kekuatan dan kesanggupan, serta sihat badannya, dalam pemikirannya, panjang akalnya, kuat jiwanya serta tabah hatinya, sehingga hanya dialah orangnya yang pantas memimpin dan memerintah atas kita sekalian, Selain dari itu, dia lebih mengetahui akan kebaikan bagi kita sekalian, ia dapat pula melihat ke muka, tentang soal soal yang sedang kita hadapi sekarang ini. Allah telah menetapkan dia sebagai raja kita. Allah menyerahkan kekuasaan, kepada siapa saja yang Ia kehendaki.
Mereka segera menjawab: "Kami tidak dapat dengan begitu saja menjalankan semua perintahnya dan menghentikan larangannya. Kami ingin bukti dan tanda daripadanya, sehingga kami dapat mengikutinya. Perlihatkanlah kepada kami tanda dan bukti itu!"
Jawab Samuel pula: "Allah telah mengetahui akan segala dalih dan helah kamu itu. Allah akan perlihatkan pula akan tanda dan bukti yang kamu kehendaki itu. Keluarlah kamu menuju ke kota sekarang, akan kamu lihat nanti di sana Tabut yang sudah lama hilang dari tanganmu itu, sehingga kamu menjadi hina dina lemah sejak hilangnya itu. Tabut itu akan kembali kepadamu, dengan dibawa oleh beberapa Malaikat. Itulah tanda dan bukti yang akan kamu lihat nanti.
Setelah mereka keluar menuju ke kota sebagai yang diperintahkan Nabi Samuel, mereka pun benar benar melihat Tabut itu, datanglah ketenangan dalam kalbu mereka yang selalu gentar dan takut selama ini, Kini mereka rela dan mengangkat Talut menjadi raja dan pemimpin mereka. Talut kini menjadi raja mereka. Dia duduki takhta kerajaan yang diserahkan kepadanya dengan segala pertanggunganjawab dan kebijaksanaan. Tampaklah keteguhan jiwa dan kebesaran semangatnya.
Talut mulai menyusun tentera yang teratur, dengan memenuhi syarat syarat ketenteraan yang lazim. Sebagai seorang Jeneral, Talut berpidato di hadapan mereka. menerangkan syarat syarat tentera yang dia kehendaki:
"Hai, rakyatku sekalian, dalam ketenteraan yang kususun ini, tidak boleh turut serta menjadi anggotanya orang orang yang masih ragu ragu dan tidak penuh semangatnya, orang orang yang masih di pengaruhi oleh urusan urusan di luar ketenteraan. Tidak boleh turut orang orang yang mendirikan sesuatu pendirian (rumah), tetapi dia belum selesaikan pendirian itu. Tidak boleh orang orang yang telah meminang seseorang perempuan, tetapi belum kahwin dengan perempuan itu, atau orang orang yang mempunyai perdagangan, sedang hatinya masih saja kepada dagangannya itu!

Sesudah syarat syarat yang dikemukakan Talut itu dipenuhi sebaik baiknya, maka terbentuklah suatu tentera yang berdisiplin, terdiri dari orang-orang yang benar benar kuat hati dan bernyala nyala semangatnya. Tetapi kemudian, ternyata kepadanya masih saja ada orang orang yang ragu ragu. Tampak pula kepadanya, masih ada orang orang yang sering berdebat dan bertengkar tentang kekuasaan kerajaan yang dipegangnya, semua ini perlu diperbaikinya dengan jalan mengadakan rasionalisasi.
Talut berkata kepada mereka: "Kita akan menyeberangi sebuah sungai, di bawah teriknya panas matahari, sesudah berlatih dan berjalan jauh. Orang orang yang benar benar menjadi tenteraku, tidak boleh meminum air sungai itu lebih dari seteguk, untuk membasahi tenggorokannya saja. Orang yang menjalankan aturan ini sajalah, yang kuanggap termasuk tenteraku dan hanya orang orang inilah yang dapat kukerahkan dan kupimpin. Adapun orang yang sengaja melanggarnya, bererti telah melanggar disiplin tentera, tidak akan dapat diharapkan daripadanya hasil apapun, dari pertempuran hebat yang sedang kita hadapi sekarang ini, malah turut sertanya orang orang itu hanya akan menyusahkan dan menimbulkan perpecahan saja.
Talut dengan pasukannya sekarang mulai berangkat ke medan perang, menghadapi musuh yang besar, melalui sebuah sungai, sebagai yang terdapat dalam peta bumi yang dibuat oleh Talut.Tepat di kala matahari di tengah ufuk tertinggi dari langit. di tentangan ubun ubun di kepala, di kala matahari memancarkan panasnya yang seterik teriknya, dalam padang pasir yang luas, pasukan yang dipimpin Talut itu bertemu dengan sebuah sungai yang berair jernih pula.
Semua pasukan diperintahkan menyeberangi sungai itu. Terbuktilah bahawa kepercayaan dalam batin dan jiwanya belum kukuh kuat. Mereka sama meminum air sungai itu sepuas puasnya. malah ada yang sengaja membawa air sungai itu untuk dijadikan bekal dalam perjalanan. Hanya sedikit saja yang patuh menurut perintah, iaitu terdiri dari orang orang yang beriman dan sabar, orang orang yang benar benar ikhlas berjuang dan taat terhadap pimpinan.
Terbuktilah kepada Talut, bahawa tenteranya yang kuat dan banyak itu, masih belum kuat disiplin, masih belum tunduk dan taat setaat taatnya terhadap pimpinannya. Mulalah Talut agak khuatir, bagaimana hasil pertempuran yang akan dihadapinya nanti, dengan tentera yang kebanyakan tidak tunduk kepada aturan itu. Talut merasa khuatir, tetapi kewajipannya tetap harus dijalankan, walaupun bagaimana juga akan hasilnya.
Tentera musuh yang kuat, telah dikerahkan untuk menanti kedatangan tentera Talut ini, dengan segala alat kelengkapannya. Tentera musuh ini dipimpin oleh seorang Jeneral yang sudah lama terkenal gagah beraninya, iaitu Jeneral Jalut.
Kedua tentera yang saling bermusuhan itu, mulai berhadapan satu sama lain. Pertempuran yang hebat segera berkobar dengan dahsyatnya, antara bangsa Palestin yang menjajah di bawah pimpinan kornandannya yang bernama Jalut, melawan tentera kemerdekaan bangsa Israel yang ingin memerdekakan tanah airnya, di bawah komandannya Talut.
Sungguh berat pertempuran yang dihadapi tentera Talut. Mereka bukan maju ke muka, malah kadang kadang terpaksa mundur ke belakang. Apalagi di tengah tengah api peperangan yang sedang bergejolak itu. tentera Talut terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama, orang orang yang beriman dan penuh semangatnya, golongan kedua, orang orang yang sudah mulai putusasa dan lemah semangatnya, iaitu golongan yang telah melanggar perintah komandannya. Mereka ini telah mengeluarkan ucapan:
"Kita tidak akan kuat melawan Jalut dan tenteranya.

Adapun golongan yang tetap dan penuh semangatnya, iaitu golongan yang patuh menjalankan semua perintah komandannya, tetap penuh kepercayaan dalam batin dan jiwanya. Perjuangan mereka semakin berkobar kobar dan bersemangat, sebab keyakinan mereka adalah:
"Berapa banyaknya kejadian, di mana golongan yang sedikit, dapat mengalahkan golongan yang terbesar, dengan keizinan dari Allah, sebab Allah selalu menolong orang orang yang sabar.
Dengan meneguhkan imannya, mereka terus menerus berjuang, sambil mendoa kepada Allah, agar Allah menetapkan ketabahan dan kesabaran mereka, agar Allah menolong dan memenangkan mereka juga akhirnya. Talut dengan segala kepandaian yang ada padanya, memimpin tentera yang tinggal sedikit itu, untuk mencapai kemenangan. Kemenangan, kemenangan sajalah yang menjadi fikirannya, lain tidak. Kemenangan yang harus dicapai dengan peperangan dan perlawanan hebat, bukan dengan menyerah kalah.
Kehebatan pertempuran dan beratnya beban yang dihadapi Talut dan tentera Bani Israel ketika itu, tersiar hampir ke seluruh bangsa Israel yang diam di belakang garis pertempuran. Kabar ini pun sampai ke telinga seorang desa yang sudah tua.
Orang tua ini mempunyai beberapa orang anak. Dipilihnya tiga orang di antara anaknya yang terbesar, supaya datang kepadanya. Anak yang ketiga yang terpilih itu sebenarnya masih di bawah umur, masih dalam dunia kanak kanak, Daud namanya (Nabi Daud) Dia masih dalam usia 9 tahun saja.
Orang tua itu berkata kepada anak anaknya: "Ambillah pedang dan bekalanmu, berangkatlah sekarang juga ke medan perang, menolong saudara saudaramu melawan musuh. Adapun engkau ini, hai Daud, juga harus turut ke medan perang, tetapi kewajipanmu hanyalah untuk membawakan makanan dan di mana perlu, engkau pulang ke rumah untuk membawa kabar kepadaku tentang jalannya pertempuran.
Ketiga anak yang bersaudara ini, setelah mengucapkan selamat kepada bapanya yang sudah tua itu lalu berangkat menuju ke medan perang, untuk menggabungkan diri dengan tentera Talut. guna menghancurkan tentera Jalut.
Setelah sekian lamanya berjalan, mereka sampai di medan pertempuran dan segera menghadap Talut, untuk mendapat perkenan menggabungkan diri dengan tentera Talut. Alangkah bangga dan gembiranya hati Talut melihat semangat yang berkobar kobar dalam dada ketiga anak muda ini, ia bangga terhadap semangat orang tani di desa yang telah menyerahkan ketiga orang anaknya itu ke medan perang menghadapi bahaya.
Pemuda yang dua orang itu segera mendapat izin untuk menyerbu, tetapi pemuda Daud tidak diperbolehkan, kerana dia masih di bawah umur, belum wajib baginya untuk maju ke depan, kepadanya hanya diperintahkan untuk membantu di garisan belakang saja.
Daud berubah betul semangatnya setiba dia di medan perang, melihat perang yang sedang berkobar dahsyat itu. Dia minta dengan sangat supaya diperbolehkan menyerbu.
"Kau masih anak anak dan masih kecil, ya Daud, kata Talut kepada Daud.
"Betul kata Daud menjawab, Tetapi janganlah terlalu melihat besar kecilnya badan seseorang. Saya sekalipun kecil, tetapi kekuatan badan saya sudah cukup untuk mengalahkan musuh, semangat dan jiwa saya cukup matang dan teguh menghadapi peperangan.
"Tuan belum tahu, kata Daud seterusnya: "Kelmarin se ekor singa pernah menangkap kambingku; singa itu kulompati, lantas terjadi pergelutan hebat antara saya dengan singa itu. Akhirnya saya dapat mematahkan leher singa itu. Pada suatu hari saya pernah pula bertemu dengan se ekor beruang besar yang hendak menerkam kepadaku. Beruang dapat kupegang mulutnya, lalu kupatahkan lehernya sampai mati. Kekuatan dan keberanian, tidak bergantung pada umur dan besarnya badan, tetapi terletak pada kemahuan dan semangat yang teguh, keimanan yang sedalam dalamnya, kata Daud seterusnya.
Melihat kepintaran dan susunan kata kata yang diucapkan oleh Daud itu, Talut hanya tertekun dan termenung. Dapat dirasakannya, bahawa memang ia seorang anak yang luar biasa, seorang yang sudah ditentukan oleh Tuhan menjadi seorang yang berani.
Kepadanya lalu diberikan izin untuk bertempur, lantas kepadanya diserahkan tombak dan lembing. Tetapi kerana panjangnya tombak itu, sedang badannya sendiri demikian pendeknya, dia tidak dapat membawa tombak itu. Tombak dan lembing itu ditinggalkannya saja. Dia hanya membawa seutus tali dan beberapa buah batu yang berat.
Kepadanya Talut lalu berkata: Di mana bisa engkau bertempur dengan tali dan batu itu, perang yang kita hadapi ini adalah perang tombak dan lembing.

Daud menjawab: Tuhan telah dapat memeliharaku dari bahaya singa dan beruang dengan tali dan batu, pun akan menolong dan memeliharaku dalam perang ini dengan tali dan batu ini pula.
Daud maju ke medan perang, menyusur di antara masing masing tentera yang sedang bermain pedang dan lembing itu. Satu satu musuh yang menghalangi gerak majunya, dapat dibunuhnya. Dia maju dan terus maju ke tempat pemimpin musuh, menuju kepada Jalut sendiri.
Dia berhasil mendekati kedudukan Jalut. Sebelum Jalut dapat memukulnya dengan pedang, Daud sudah lebih dahulu memukul Jalut dengan melemparkan batu sekuat kuatnya. Batu pertama tepat mengenai kepala Jalut, disusulnya dengan batu kedua, batu ketiga, keempat dan seterusnya, sehingga Jalut mati seketika itu juga.
Dengan matinya Jalut, tentera musuh menjadi kucar kacir dan bertaburan. Akhirnya dapat dikalahkan seluruhnya oleh bangsa Bani Israel yang dipimpin oleh Talut. Bangsa Israel kembali hidup merdeka di tanahair sendiri, bertemu dengan anak isterinya yang sudah lama mereka tinggalkan.


disadur dari cerita-cerita dari Alquran

Tentara bergajah

KEMBALI kita kepada Raja Zu Nuwas, raja Yaman yang fanatik Yahudi, yang memerintah negeri yang makmur dan kayaraya, yang telah melenyapkan penduduk Najran di dalam lobang
bunuhan, kerana penduduk itu menganut agama Nasrani yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s.
Rupanya ada seorang lelaki penduduk Najran yang dapat meloloskan diri dari pembunuhan kejam itu. Orang ini dapat lari dan meminta pertolongan kepada raja Rum, atas nasib penduduk Najran yang beragama Nasrani yang telah mengalami nasib buruk itu.


Kerana letaknya Yaman terlalu jauh dari kerajaan Rum (Syam) maka raja Rum menganjurkan kepada orang itu untuk minta bantuan raja Habsyah (Ethiopia sekarang), kerana raja itu memang kuat dan beragama Nasrani pula. Raja Rum lalu menulis surat kepada raja Habasyah. Surat itu dibawa oleh orang itu sendiri menuju negeri Habsyah.
Sesudah Najasyi (Nagus, raja Habsyah) membaca surat raja Rum itu, dia lalu mendoa kepada Allah, mudah-mudahan Allah s.w.t. memberkati arwah penduduk Najran yang penuh iman dan taqwa itu. Doa ini diucapkannya dengan airmata yang berlinang-linang, terharu sangat atas nasib penduduk Najran yang tabah dan sabar itu.
Raja Najasyi tidak dapat menahan sabarnya terhadap Raja Zu Nuwas Yahudi yang ganas itu. Dia ingin membalas dendam, demi untuk kepentingan agama dan ummat Nasrani seluruhnya. Tentera besar lalu disiapkannya, dikirim langsung menuju Yaman untuk membalas kekejaman dengan kekejaman pula.

Pertempuran hebat lalu terjadi antara tentera Habsyah di bawah pimpinan Raja Najasyi, melawan tentera Yaman di bawah pimpinan Raja Zu Nuwas. Tentera Yarnan dapat dikalahkan, negara Yaman seluruhnya jatuh di bawah kekuasaan Habsyah.
Raja Habsyah (Najasyi) lalu mengangkat Abrahah menjadi gabenor di Yaman. Penduduk Yaman yang fanatik Yahudi itu dikristenkan seluruhnya.
Jauh di sebelah utara negeri Yaman, ada sebuah kota tua yang bersejarah, iaitu Kota Makkah, dimana terdapat sebuah Rumah Tuhan, Kabah namanya. Satu Rumah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail beberapa abad yang silam. Ke sanalah ummat manusia Arab dari berbagai-bagai negeri datang saban tahun berkumpul menunaikan haji untuk menyembah Tuhan mereka yang terdiri dari patung-patung batu yang mereka tancapkan di sekitar Kabah itu. Tidak sedikit pula tiap tahun penduduk Yaman sendiri datang ke sana berkumpul dan berhaji, menurut haji jahiliah itu.
Dengan kedatangan ummat manusia yang banyak itu saban tahun, maka negeri Makkah itu menjadi ramai dan bangsa Quraisy yang menguasai Rumah Tuhan (Kabah) itu, makin terhormat dan mendapat penghidupan yang layak pula. Lalu timbul niat buruk di hati Abrahah, iaitu agar dengan menjalankan pengaruhnya yang besar dia akan membelokkan ummat manusia itu jangan lagi datang ke Makkah saban tahun, tetapi hendaknya datang ke Yaman saja untuk menunaikan haji itu. Untuk ganti Kabah di Makkah, lalu dia mendirikan gereja besar di kota San'a, ibukota negeri Yaman ketika itu dan kepada gereja besar itulah ummat manusia dianjurkannya menunaikan haji saban tahun. Dengan jalan begitu, orang-orang itu dapat ditariknya ke dalam agama Nasrani dan kedatangan manusia yang banyak itu akan menambah kemakmuran negerinya sendiri. Gereja besar itu dibuatnya sebaik-baiknya, dihiasi dengan berbagai-bagai ukiran yang menarik hati penuh dengan perkakas yang berharga.
Sungguhpun begitu, tidak seorang juga di antara manusia bangsa Arab yang mahu menunaikan haji ke gereja besar Sana itu, sekalipun sudah hebat dianjurkan dan diperintahkan oleh raja besar pula. Hati mereka terus tertambat ke Kabah yang ada di kota Makkah, sekalipun Kabah itu tidak begitu menarik mata tampaknya, malah tidak mempunyai perhiasan-perhiasan yang mewah-mewah. Entah kerana fanatik kejahiliahan, entah kerana lain hal, kerana makbul-nya doa Nabi Ibrahim dan Ismail ketika meletakkan batu pertama buat pembikinan Kabah itu: "Ya, Allah," doa Ibrahim. "Jadikanlah hati manusia tertarik ke Kabah ini dan berilah penduduknya rezeki yang merupakan buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur kepada Engkau."

Alangkah marahnya hati Abrahah dan bangsa Yaman sendiri setelah terbukti, bahawa tidak seorang juga bangsa Arab yang mahu merobah Kabah mereka ke Yaman. Kerana marahnya itu, Abrahah lalu bersumpah akan menuntuhkan Kabah yang ada di kota Makkah dengan kekuatan senjata yang ada padanya. Bila Kabah itu sudah diruntuhkan fikirnya, terpaksa semua bangsa Arab akan datang ke Yaman, ke gereja besar yang sudah disediakannya itu untuk menunaikan haji.
Abrahah lalu mempersiapkan tentera yang besar jumlahnya dengan berkenderaan gajah. Pasukan ini lalu berangkat menuju ke kota Makkah untuk meruntuhkan Kabah.
Setelah orang-orang Arab mendengar berita ini, berita raja Habsyah akan datang dengan tentera besar yang semuanya berkenderaan gajah untuk meruntuhkan Ka'bah, Rumah Suci yang mereka hormati dan akan merusakkan semua berhala-berhala mereka yang bergantungan di dalamnya; mereka bersiap untuk mempertahankannya dengan segala kekuatan yang ada padanya.
Tetapi sebentar saja, mereka semuanya terpaksa menyerah ditawan oleh pasukan Abrahah, memang kerana mereka kekurangan tenaga dan kekuatan persenjataannya.
Perlawanan mereka yang sudah patah ini, disusul pula oleh perlawanan lainnya dari bangsa Arab juga, tetapi mereka pun mengalami nasib yang sama, sama-sama ditawan dan tidak dapat berbuat apa-apa terhadap pasukan Abrahah yang kuat serta ramai itu.
Sebaliknya, Abrahah menjadi bertambah membusungkan dada dengan kemenangan-kemenangannya yang gilang-gemilang itu. Pasukannya terus maju menuju Makkah dan semakin dekat mereka ke kota Makkah, semakin jelas sifat takabur mereka.
Sebelum memasuki daerah kota Makkah, Abrahah memerintahkan pasukannya berhenti duhulu, kerana dia mahu mengirimkan surat seruan terhadap penduduk Makkah. Dalam surat itu penduduk Makkah diperintahkan tunduk dan mengalah saja dan membiarkan pasukannya masuk meruntuhkan Kabah itu, sambil Abrahah mencari penunjuk jalan untuk mendapatkan jalan yang aman menuju ke pusat kota Makkah.

Di dekat kota Taif, di desa yang bernama Mugammas, Abrahah dengan diiringkan pengawalnya, lalu keluar-masuk daerah Tihamah, dimana Abrahah merampas semua kekayaan bangsa Quraisy yang tinggal di desa itu. Dua ratus ekor unta kepunyaan Abdul Muttalib Bin Hasyim (nenek Muhammad s.a.w.) turut dirampasnya pula, sedangkan Abdul Muttalib ini adalah seorang yang paling terhormat dipandang bangsa Qunaisy, kerana dialah yang memegang kunci dan menjadi pengawas Rumah Suci Kabah itu.
Kejadian yang tidak tahu adat ini, sangat menerbitkan kekegoncangan dan kemarahan yang memuncak di kalangan bangsa Quraisy. Mereka banyak yang ingin membunuh Raja Abrahah ketika itu juga. Tetapi apa daya, kekuatan yang ada padanya tidak memungkinkan untuk melancarkan perlawanan, mereka hanya tinggal mengurut dada menahan marah di hatinya.
Seluruh bangsa Quraisy yang menjadi penduduk Makkah geram dan marah bukan kepalang. Tiba-tiba datanglah seorang utusan Abrahah membawa sepucuk surat, dimana dinyatakan bahawa Abrahah ingin bertemu dengan ketua (Samyid) kota Makkah sendiri.
Abdul Muttalib Bin Hasyim datang menemui utusan sebagai Kepala Makkah, pemimpin rakyat Quraisy dan onang yang bertanggungjawab terhadap Ka'bah. Utusan itu segera berkata kepadanya: "Raja Abrahah berpesan kepada tuan bahawa raja bukan datang untuk memerangi bangsa Quraisy, tetapi hanya untuk meruntuhkan rumah Kabah saja. Kalau tuan dan bangsa Quraisy tidak menghalangi maksudnya itu, maka tidak akan terjadi pertumpahan darah dan raja memesan supaya tuan datang menemuinya."
Abdul Muttalib menjawab: "Demi Allah, kami tidak akan memerangi kamu, sebab tidak ada kekuatan bagi kami untuk berperang."
"Kalau begitu mari kita menghadap raja," kata utusan itu mengajak Abdul Muttalib.
Utusan itu dengan diiringkan Abdul Muttalib dan beberapa pemuka dan pembesar Quraisy berjalan bersama-sama menuju perkemahan tentera Abrahah untuk bertemu dengan Abrahah. Oleh utusan itu, Abdul Muttalib diperkenalkan kepada Abrahah:
"Inilah ketua bangsa Quraisy. Sifatnya pemurah dan kasihsayang terhadap sesama manusia, selalu mengorbankan hartanya untuk orang-orang yang terlantar, sifatnya tenang dan segenap bangsa Quraisy hormat dan tunduk kepadanya."
Abdul Muttalib diperlakukan sebagai tetamu terhonmat. Raja Abrahah berkenan duduk bersama-sama Abdul Muttalib di atas sebuah tikar dan bercakap-cakap. Dalam percakapan itu Abdul Muttalib hanya minta, agar semua untanya yang telah dirampasnya dikembalikan kepadanya.

Mendengar permintaan itu, Abrahah menjadi hairan dan berkata: "Kami datang untuk meruntuhkan Kabah, kenapa engkau hanya membicarakan tentang dua ratus ekor unta saja, sedangkan agama dan Kabah yang engkau puja itu engkau lupakan?"
Abdul Muttalib menjawab: "Saya ini hanya tuannya unta-unta itu, adapun Kabah itu ada tuannya sendiri yang akan memeliharanya."
"Kalau begitu engkau tidak akan menghalang saya?" tanya Abrahah pula.
"Itu adalah urusan tuan dengan tuan Kabah itu sendini," jawab Abdul Muttalib pula.
Untuk menyenangkan hati Abdul Muttalib, semua unta yang dirampas itupun dikembalikan semuanya. Mendengar itu, datanglah utusan dari suku bangsa Tihamah, meminta agar semua hartabenda Tihamah yang dirampas itupun dikembalikan pula kepada bangsa Tihamah, tetapi permintaan ini tidak didengar oleh Abrahah, ditolaknya mentah-mentah, sehingga bangsa Tihamah kembali dengan tangan hampa dan geram hati.

Abdul Muttalib menasihatkan kepada Abrahah, agar tentera Abrahah menempuh jalan ke lereng gunung dalam memasuki kota Makkah, kerana jalan itulah yang paling aman dari gangguan manusia.Hari sudah mulai malam yang gelap-gulita. Di malam itulah tentera Abrahah akan memasuki kota Makkah untuk menghancurkan Kabah. Keadaan penduduk kota Makkah mulai panik, Abdul Muttalib kembali ke kota; dilihatnya semua penduduk kecil-besar, laki-laki perempuan sudah sibuk mengungsi, dengan membawa semua barang-barang dan binatang ternak, menghindarkan diri dari bahaya yang mungkin timbul. Terdengarlah tangis anak-anak bayi yang sedang digendung ibunya, bunyi dan jeritan kambing dan unta yang dikerahkan mengungsi bersama-sama, sedu-sedan perempuan-perempuan dan orang-orang yang sudah tua-tua.
Abdul Muttalib dengan diiringkan para cerdik-cendekianya, menuju ke Kabah untuk mengucapkan doanya. Setelah mereka masing-masing mencium Kabah serta mendoa agar Allah memelihara Kabah dari bencana tentera bergajah Raja Abrahah. Mereka meninggalkan Kabah dengan airmata yang berlinang-linang, menuju ke puncak sebuah bukit, untuk menyaksikan kejadian selanjutnya. Setelah kota Makkah sunyi sepi dari penduduk yang sudah sama mengungsi itu, maka tentera Abrahah mulai bergerak untuk memasuki kota Makkah yang terbuka itu dengan semangat yang menang perang, riuh gembira, sombong dan congkak tidak terhingga. Masing-masing dengan kenderaan gajah yang besar-besar, berbaris pasukan demi pasukan.
Tiba-tiba Allah mengutus burung-burung Ababil, yang datang pasukan demi pasukan pula. Masing-masing burung itu membawa batu kecil yang bernama Sijjil dengan paruhnya. Batu-batu kecil itu oleh burung-burung itu dijatuhkan tepat mengenai kepada masing-masing pasukan bergajah. Hasilnya bukan hanya luka parah, tetapi pasukan Abrahah dan gajah-gajahnya menjadi hancur dan lumat selumat-lumatnya, laksana rumput yang dikunyah sapi. Bertebaran daging dan tulang mereka di atas tanah, tidak seorang pun yang terluput dari bahaya maut.
Melihat kejadian yang luarbiasa itu, Abrahah mulai takut, lalu kembali melarikan diri, pulang menuju Sana dimana dia lalu mati kerana luka yang dideritanya dalam perang ajaib itu.
Kota Makkah terpelihara dari bahaya bencana, begitu pula Kabah yang mulia itu; bahkan sampai sekarang pun belum pernah Kabah itu dapat dirusakkan oleh tentera negeri manapun.
Kejadian hebat dan ajaib itu, menjadi tahun sejarah yang pertama bagi seluruh bangsa Arab dan di tahun itu pulalah tydak lama kemudian di kota Makkah itu lahir seorang Manusia suci, Nabi Muhammad s.a.w. Kejadian itu adalah tanda dan hikmat kelahiran Nabi mulia ini pula. Dengan lahirnya Nabi Muhammad itu nanti, Kabah tetap menjadi Rumah Suci dengan erti yang sebenarnya sampai sekarang dan sampai hari kiamat nanti.
Ke sanalah ummat manusia Islam dari berbagai negeri jauh dan dekat, berbagai bangsa dan warna kulit berkumpul saban tahun, untuk menunaikan ibadat haji mereka sebagai yang diperintahkan Allah. Dari tahun ke tahun, dari abad ke abad, makin banyak juga orang yang datang ke sana, bukan makin sedikit, bahkan lebih banyak dari pengunjung-pengunjung kota-kota Washington, London, kota Paris, Moscow dan lain-lain.
Lain dan beda sekali maksud kunjungan orang-orang ke kota-kota Washington, London, Paris dan Moscow dari maksud kunjungan orang ke kota Makkah saban tahun, sebagai perbedaan malam dengan siang.


disadur dari : cerita-cerita dari Alquran

Nabi Muhammad SAW

Semasa umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka’abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa’ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa’ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.

Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad

Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.

Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.

Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.

Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.

“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk” (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)

Abdul Mutallib Wafat

Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.
Muhammad diasuh oleh Abu Talib

Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.

Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu “Al-Amin”.

Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.

Penurunan Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira’ dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad.

“Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan” (Al-’Alaq, 96: 1)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.

Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.

Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 15:94)

Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:

“Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya”

Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.

Kewafatan Khadijah dan Abu Talib

Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.

Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.

Penghijrahan Ke Madinah

Tekanan daripada orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas pemergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.

Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.

Negara Islam Madinah

Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.

Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.

Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.

Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:

“Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah.”

Kewafatan Nabi Muhammad s.a.w

Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.

Entry Filed under: Tentang Nabi. .